Ada desa di tengah hutan jati Kabupaten Ngawi yang dikenal sebagai desa wisata sekaligus mulai dikenal sebagai ‘kampung kerbau.’ Yaitu Desa Bulakpepe, Desa Banyubiru, Kecamatan Widodaren, Ngawi.

Bukan tanpa alasan sebutan itu diberikan karena masyarakat di desa ini mayoritas memelihara kerbau.

Menurut kepala desa, Warsito (38 tahun) ada lebih dari 100 warga yang memelihara ternak. Kebiasaan ini telah ada sejak jaman penjajahan.

Menurut Warsito, kala itu kerbau digunakan untuk membantu pekerjaan manusia khususnya dalam hal bertani.

Namun, seiring kemajuan teknologi kini masyarakat Bulakpepe menjadikan kerbau sebagai investasi ekonomi. Di sini rata-rata warga memiliki 5 ekor kerbau, ada pula yang sampai 25 ekor.

"Kerbau itu katanya rojo koyo (raja kaya) yang mendatangkan banyak rezeki bagi kita," ujar Mujiono, salah satu warga. Menurutnya, warga di sana lebih memilih menyimpan uang dalam bentuk peliharaan kerbau daripada uang di bank.

"Kalu orang desa itu kebanyakan kalau disimpan (hartanya) dalam bentuk uang, nanti cepat habis, kan penghasilannya tidak menentu," lanjutnya. "Kalau di bank juga, ambil sedikit-sedikit akhirnya habis, jadi milihnya kerbau. Kalau kerbau kan kalau butuh uang cuma sedikit, eman (sayang) mau jual.”

Mujiono memiliki 4 ekor kerbau yang jika dijual bisa mencapai 7 juta hingga 25 juta rupiah. Yang paling mahal adalah kerbau jantan karena harganya bisa mencapai 25 juta rupiah.

Berbeda pula dengan Ngatiyem, wanita 60 tahun ini memiliki 7 ekor kerbau. Jika diasumsikan per ekor seharga 15 juta maka ia sudah memiliki tabungan 105 juta rupiah.

Konon kerbau dipilih sebagai investasi karena mereka mudah menjualnya. Mereka menjual kerbau biasanya untuk keperluan anak sekolah, membeli tanah atau saat musim kemarau datang.

Kini, kerbau-kerbau di Dusun Bulakpepe juga telah menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Nah, gimana apa kamu juga jadi tertarik untuk menyimpan uang dengan membeli kerbau? Nggak ada salahnya tuh kalau memang menguntungkan.

Sumber: intisari

Video rekomendasi: